Oleh: hendrinova | Agustus 14, 2009

Strategi Mempercepat Pengembangan Perbankan Syariah

Oleh Hendri Nova

Ibarat kompetisi lari, bank syariah memang jauh ketinggalan di belakang dibanding bank konvensional. Semua itu wajar adanya, karena bank konvensional memang lebih dulu eksis di jagad perbankan nasional maupun internasional.

Jaringan mereka sudah tersebar di mana-mana, hingga sampai pelosok pedesaan. Belum lagi usaha yang mereka geluti, tidak hanya satu dua, tapi sudah beragam bentuknya. Dari bisnis yang paling kecil (mikro), hingga bisnis yang paling besar (makro).

Usaha yang dilakukan bank konvensional, hampir menyentuh semua lini kehidupan. Apapun kebutuhan nasabahnya selalu diakomodir, sehingga apapun produk yang diminta, hampir semua tersedia.

Gerakan mereka sangat cepat, tidak hanya menunggu nasabah datang, tapi sudah berlomba mendatangi nasabah potensial. Inilah yang belum dapat dilakukan secara utuh oleh bank syariah, terutama yang tidak memiliki induk perusahaan bank konvensional.

Untuk bank syariah yang memiliki induk bank konvensional, dalam hal pembukaan cabang, mereka bisa menumpang di semua cabang bank konvensional. Hanya dari segi layanan dan jenis produk saja yang membuat mereka berbeda antara satu dengan lainnya.

Hingga saat ini, bank syariah baru bisa membiayai beberapa jenis produk saja. Khusus kredit konsumtif, hampir semua bank syariah tidak bisa memberi layanan. Sehingga nasabah yang sudah terbiasa dengan kartu kredit bank konvensional, jadi tidak bisa lagi menikmatinya. Begitu juga dengan kredit-kredit lainnya, banyak yang tidak bisa dilayani tuntas.

Setiap nasabah yang ingin mengajukan kredit, bank syariah selalu menanyakan bidang usaha yang digeluti. Sehingga bagi yang ingin buka usaha dengan memberi jaminan sekalipun, tidak bisa mendapatkan kredit.

Tentu suatu yang naif, kalau nasabah yang baru ingin berusaha, langsung ditanyakan berapa lama dia sudah berusaha. Seharusnya, bank syariah juga bisa berbuat sebagaimana bank konvensional. Kalau sudah ada jaminan, tentu tidak perlu lagi ada usaha di belakangnya. Bahkan akan lebih positif lagi, jika bank syariah mau mendampingi pertumbuhan usaha nasabahnya dari mulai nol hingga membesar.

Jika dilakukan pendampingan, tentu nasabah merasa terus dibina dan diawasi. Jika harus sudah berhasil dulu, apa bedanya dengan bank konvensional?
Inilah yang namanya membuat terobosan, bukan sebagai follower semata.

Bank syariah harus jadi inovator produk-produk perbankan terbaru, dengan pola pengelolaan secara syariah. Jika produk yang ditawarkan dipandang sangat menguntungkan oleh konsumen, tanpa fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun, perbankan syariah akan dicari orang dan bisa pula berkembang pesat.

Ibarat orang berlari tadi, kalau memang sudah jauh ketinggalan oleh pelari lain, maka tentu sangat lucu kalau masih lari dengan tenaga setengah hati. Bank syariah harus melakukan percepatan, sehingga pada saatnya nanti bisa sejajar dan akhirnya bisa mendahului bank konvensional.

Riset harus dilakukan, akan apa sebenarnya yang dibutuhkan nasabah, terutama nasabah muda semisal mahasiswa, akan produk syariah yang mereka idam-idamkan. Langkah selanjutnya, tentu dengan cara menyaring semua usul dan saran yang masuk, untuk diwujudkan jadi satu produk perbankan syariah yang berkualitas.

Misalkan saja, para penabung muda mengimpikan memiliki rumah sendiri, jika ia sudah tamat bangku perkuliahan. Tugas bank syariah selanjutnya adalah dengan merancang satu produk yang memungkinkan mereka bisa mewujudkan mimpinya.

Selain mencetuskan lahirnya produk-produk baru, produk perbankan atau keuangan yang sudah ada, juga harus dipikirkan pengelolaannya oleh bank syariah. Misalkan nasabah ingin memperoleh kredit usaha dengan jaminan tanah atau barang berharga lainnya.

Jika survei menyatakan layak jaminan tersebut jadi anggunan, maka bank syariah harus mampu pula untuk memenuhi keinginan nasabah. langkah selanjutnya sudah pasti pendampingan, agar usaha yang digeluti nasabah tersebut bisa membesar dan berubah menjadi perusahaan yang bonafid.

Jika cara ini dilakukan, itu baru namanya seorang inovator ulung. Hal lainnya yang belum bisa diakomodir perbankan syariah, baik di level BMT, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah maupun bank syariah, keinginan masyarakat untuk menabung dinar emas.

Walaupun tabungan jenis ini dapat mengalahkan tabungan dalam bentuk dolar yang tinggi resiko, tetap belum banyak dilirik perbankan syariah. Warga yang ingin memiliki modal dengan cara menggadaikan perhiasan seperti emas, berlian dan lainnya, juga belum dapat dilayani maksimal. Jikapun ada, jumlahnya belum merata.

Sementara dari segi promosi, rata-rata perbankan syariah sangat pelit dalam hal ini. Tentu bertolak belakang dengan bank konvensional yang terus jor-joran. Meski sudah sangat terkenal dan banyak nasabah, dana untuk promosi tetap selalu disediakan.
Mereka tidak segan-segan memajang berbagai hadiah besar, demi usaha menarik minat nasabah bergabung dengan bank mereka. Coba lihatlah bank syariah, hampir tidak ada satupun yang dapat mengambil hikmah.

Hingga saat ini, belum ada yang berani memberikan hadiah besar seperti puluhan mobil mewah dan lainnya. Padahal hadiah merupakan satu rasangan paling manjur, untuk bisa membuat nasabah mau ikut menabung. Antusiasme warga yang ingin dapat hadiah, sudah banyak dibuktikan bank konvensional. Sehingga mereka jadikan agenda rutin hampir di tiap tahun.

Sementara perbankan syariah, hadiah terbaik yang baru diberikan berupa hadiah umroh, dengan jumlah yang sangat terbatas. Usaha seperti ini tentu tidak terlalu menarik, jika dibandingkan dengan hadiah bank konvensional.

Promosi dan hadiah, itulah kata kunci buat melahirkan semua produk perbankan syariah. Dengan demikian, percepatan pengembangan perbankan syariah bisa diwujudkan dalam waktu cepat. Sehingga jalan perbankan syariah tidak lagi tertatih, namun melesat secepat kilat. ***


Tanggapan

  1. sangat bagus apa yg mas tulis kan,krn mnrt aku bidang syariah perlu peningkatan pemikiran kearah itu bukan memanjakan tp ujud trima kasi atas atensi utk memajukan ,salah satu cita ku akan perbankan sariah yg kuat krn potensi bsr masy indonesia yg muslim


Tinggalkan Balasan ke ahmad muhad Batalkan balasan

Kategori